Nama : Suherni
NPM : 26210722
Dampak
Kenaikan BBM Dalam Sektor Ekonomi
Kebijakan pemerintah untuk
menaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) menyebabkan adanya pro dan kontra di
masyarakat. Salah satu alasan pemerintah yang diungkapkan adalah naiknya harga
minyak dunia sehingga subsidi BBM membebani anggaran APBN pemerintah. Kenaikan
BBM adalah salah satu solusi yang akan dilaksanakan dan tentu saja membebani
banyak masyarakat.
Indonesia adalah salah satu
negara yang memiliki berbagai sumber daya alam dan sumber daya manusia
Indonesia juga cukup besar baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Dibandingkan Negara lainnya potensi pasar Indonesia cukup besar sebut saja
negara tetangga seperti Singapura, Malaysia mereka sudah semakin maju. Bahkan
Negara seperti Belanda, Swiss, Jepang mereka Negara yang tidak memiliki sumber
daya alam yang besar tetapi kemajuannya luar biasa.
Bagaimana kita mengelola negara ini ? kalau kita
hanya sebagai bangsa konsumtif maka kita akan dimanfaatkan sebagai pasar bagi
banyak Negara, karena memang jumlah penduduk kita yang sedemikian besar tingkat
kebutuhannya tinggi sungguh menarik bagi negara produsen produk. Oleh sebab
itulah saatnya Indonesia berusaha mengurangi impor dan meningkatkan ekspor.
Dengan demikian maka neraca keuangan negara akan menjadi sehat.
Kebijakan menaikan BBM tentu
saja akan meningkatkan pemasukan pemerintah dan dapat digunakan untuk melakukan
perencanaan pembangunan negara. Namun permasalahan klasik negara ini adalah
dalam pengaturan anggaran pemerintah. Kemanakah prioritas anggaran yang besar
tersebut akan dialokasikan?. Kalau salah maka menaikan harga BBM justru hanya
akan memberatkan masyarakat.
Beberapa sektor vital yang
terpengaruh adalah ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Dari sektor ekonomi
masyarakat, akan berdampak pada menurunya daya beli masyarakat karena kenaikan
harga BBM maka akan dibarengi dengan kenaikan tarif listrik, transportasi dan
berbagai jenis produk. Golongan masyarakat yang paling terkena dampaknya adalah
masyarakat miskin. Kebijakan pemerintah dalam memberikan bantuan langsung tunai
sangat bermanfaat bagi golongan ini. Setidaknya dalam jangka pendek ekonomi
mereka dapat terbantu. Selanjutnya anggaran tersebut harus mampu dipergunakan
dalam meningkatkan ekonomi mikro. Kegiatan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri perlu ditingkatkan dan dipenuhi sehingga mengurangi impor,
kemudian jika bisa produk kita di ekspor ke negara lain. Janganlah kita menjadi
ketergantungan dengan barang impor terus.
Gejolak harga minyak dunia
sebenarnya sudah mulai terlihat sejak tahun 2000. Tiga tahun berikutnya harga
terus naik seiring dengan menurunnya kapasitas cadangan. Ada sejumlah faktor
penyebab terjadinya gejolak ini, salah satunya adalah persepsi terhadap
rendahnya kapasitas cadangan harga minyak yang ada saat ini, yang kedua adalah
naiknya permintaan (demand) dan di sisi lain terdapat kekhawatiran atas
ketidakmampuan negara-negara produsen untuk meningkatkan produksi, sedangkan
masalah tingkat utilisasi kilang di beberapa negara dan menurunnya persediaan
bensin di Amerika Serikat juga turut berpengaruh terhadap posisi harga minyak
yang terus meninggi. (Republika Online, Selasa 28 Juni 2005).
Hal ini kemudian direspon oleh
pemerintah di beberapa negara di dunia dengan menaikkan harga BBM. Demikian
juga dengan Indonesia, DPR akhirnya menyetujui rencana pemerintah untuk
menaikkan harga bahan bakar minyak pada hari Selasa 27 September 2005 sebesar
minimal 50%. Kebijakan kenaikan harga BBM dengan angka yang menakjubkan ini
tentu saja menimbulkan dampak yang signifikan terhadap perekonomian sehingga
kebijakan ini menimbulkan banyak protes dari berbagai kalangan. Keputusan
pemerintah menaikkan harga bensin, solar, dan minyak tanah sejak 1 Oktober 2005
akibat kenaikan harga minyak mentah dunia hingga lebih dari 60 Dolar AS per
barel dan terbatasnya keuangan pemerintah ini direspon oleh pasar dengan
naiknya harga barang kebutuhan masyarakat yang lain. Biaya produksi menjadi
tinggi, harga barang kebutuhan masyarakat semakin mahal sehingga daya beli
masyarakat semakin menurun. Secara makro cadangan devisa negara banyak
dihabiskan oleh Pertamina untuk mengimpor minyak mentah. Tingginya permintaan
valas Pertamina ini, juga menjadi salah satu penyebab terdepresinya nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS (Metrotvnews.com, 28 September 2005).
Terjadinya hubungan timbal
balik antara naiknya biaya produksi dan turunnya daya beli masyarakat berarti
memperlemah perputaran roda ekonomi secara keseluruhan di Indonesia. Kondisi ini
dapat mempengaruhi iklim investasi secara keseluruhan baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek naiknya harga BBM tersebut disikapi
oleh pelaku pasar, khususnya pelaku pasar modal sebagai pusat perputaran dan
indikator investasi.
Kontroversi kenaikan harga minyak ini bermula dari tujuan pemerintah untuk menyeimbangkan biaya ekonomi dari BBM dengan perekonomian global. Meskipun perekonomian Indonesia masih terseok mengikuti perkembangan perekonomian dunia, akhirnya kebijakan kenaikan BBM tetap dilaksanakan mulai tanggal 1 Oktober 2005. Akibatnya, perilaku investasi di Indonesia sangat memungkinkan mengalami perubahan. Setiap peristiwa berskala nasional apalagi yang terkait langsung dengan permasalahan ekonomi dan bisnis menimbulkan reaksi para pelaku pasar modal yang dapat berupa respon positif atau respon negatif tergantung pada apakah peristiwa tersebut memberikan stimulus positif atau negatif terhadap iklim investasi. Berdasarkan pada argumentasi di atas, maka dimungkinkan akan terjadi reaksi negatif para pelaku pasar modal setelah pengumuman tersebut. Tetapi jika yang terjadi sebaliknya bahwa kenaikan harga BBM ini direaksi positif oleh pelaku pasar, maka kesimpulan sederhana dari dampak peristiwa pengumuman tersebut adalah bahwa naiknya harga BBM memberikan stimulus positif pada perekonomian Indonesia.
Kontroversi kenaikan harga minyak ini bermula dari tujuan pemerintah untuk menyeimbangkan biaya ekonomi dari BBM dengan perekonomian global. Meskipun perekonomian Indonesia masih terseok mengikuti perkembangan perekonomian dunia, akhirnya kebijakan kenaikan BBM tetap dilaksanakan mulai tanggal 1 Oktober 2005. Akibatnya, perilaku investasi di Indonesia sangat memungkinkan mengalami perubahan. Setiap peristiwa berskala nasional apalagi yang terkait langsung dengan permasalahan ekonomi dan bisnis menimbulkan reaksi para pelaku pasar modal yang dapat berupa respon positif atau respon negatif tergantung pada apakah peristiwa tersebut memberikan stimulus positif atau negatif terhadap iklim investasi. Berdasarkan pada argumentasi di atas, maka dimungkinkan akan terjadi reaksi negatif para pelaku pasar modal setelah pengumuman tersebut. Tetapi jika yang terjadi sebaliknya bahwa kenaikan harga BBM ini direaksi positif oleh pelaku pasar, maka kesimpulan sederhana dari dampak peristiwa pengumuman tersebut adalah bahwa naiknya harga BBM memberikan stimulus positif pada perekonomian Indonesia.
Dengan berkembangnya
kontroversi pro dan kontra terhadap kenaikan harga BBM tersebut, penelitian ini
berusaha mengetahui dampak langsung peristiwa kenaikan BBM terhadap kondisi masyarakat
kecil di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar