BAB I
PENDAHULUAN
Etika dan moral
berbangsa ini, setidaknya terdiri dari tiga, yaitu: pertama, etika dan moral Individual
yang lebih menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
Salah satu prinsip yang secara khusus relevan dalam etika individual ini adalah
prinsip integrasi pribadi, yang berbicara mengenai perilaku individual tertentu
dalam rangka menjaga dan mempertahankan nama baiknya sebagai pribadi yang
bermoral. Kedua,
etika sosial
yang mengacu pada kewajiban dan hak, sikap dan pola perilaku manusia sebagai
makhluk sosial dalam interaksinya dengan sesamanya. Tentu saja sebagaimana
hakikat manusia yang bersifat ganda, yaitu sebagai makhluk individual dan
sosial. Etika individual dan etika sosial berkaitan erat satu sama lain, bahkan
dalam arti tertentu sulit untuk dilepaskan dan dipisahkan satu sama lain. Ketiga, etika Lingkungan Hidup
yang berkaitan dengan hubungan antara manusia baik sebagai makhluk individu
maupun sebagai kelompok dengan lingkungan alam yang lebih luas dalam
totalitasnya, dan hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya
yang berdampak langsung atau tidak langsung pada lingkungan hidup secara
keseluruhan.
TUJUAN
Agar setiap orang dalam berbisnis
tetap melakukan kegiatannya dari segi Etika dan moral yang baik. Dan tidak menyimpang
dalam etika yang ada.
BAB
II
PEMBAHASAN
Salah satu aspek yang sangat populer dan perlu mendapat
perhatian dalam dunia bisnis ini adalah norma dan etika bisnis. Etika bisnis
selain dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas dari semua unsur yang
berpengaruh pada perusahaan, juga sangat menentukan maju atau mundurnya
perusahaan.
Etika, pada dasarnya adalah suatu komitmen untuk melakukan
apa yang benar dan menghindari apa yang tidak benar. Oleh karena itu, perilaku
etika berperan melakukan ‘apa yang benar’ dan ‘baik’ untuk menentang apa yang
‘salah’ dan ‘buruk’. Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas
pemilik kepentingan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan
perusahaan. Mengapa demikian? Karena semua keputusan perusahaan sangat
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pemilik kepentingan. Pemilik kepentingan
adalah semua individu atau kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh
terhadap keputusan perusahaan. Ada dua jenis pemilik kepentingan yang
berpengaruh terhadap perusahaan, yaitu pemilik kepentingan internal dan
eksternal. Investor, karyawan, manajemen, dan pimpinan perusahaan merupakan
pemilik kepentingan internal, sedangkan pelanggan, asosiasi dagang, kreditor,
pemasok, pemerintah, masyarakat umum, kelompok khusus yang berkepentingan
terhadap perusahaan merupakan pemilik kepentingan eksternal. Pihak-pihak ini
sangat menentukan keputusan dan keberhasilan perusahaan. Yang termasuk kelompok
pemilik kepentingan yang memengaruhi keputusan bisnis adalah: (1) Para
pengusaha/mitra usaha, (2) Petani dan pemasok bahan baku, (3) Organisasi
pekerja, (4) Pemerintah, (5) Bank, (6) Investor, (7) Masyarakat umum, serta (8)
Pelanggan dan konsumen.
Selain kelompok-kelompok tersebut di atas, beberapa kelompok
lain yang berperan dalam perusahaan adalah para pemilik kepentingan kunci (key
stakeholders) seperti manajer, direktur, dan kelompok khusus.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa loyalitas
pemilik kepentingan sangat tergantung pada kepuasan yang mereka peroleh.. Oleh karena
loyalitas dapat mendorong deferensiasi, maka loyalitas pemilik kepentingan akan
menjadi hambatan bagi para pesaing.” Ingat bahwa diferensiasi merupakan bagian
dari strategi generik untuk memenangkan persaingan .
Selain etika dan perilaku, yang tidak
kalah penting dalam bisnis adalah norma etika. Ada tiga tingkatan norma etika, yaitu:
(1) Hukum, berlaku bagi masyarakat secara
umum yang mengatur perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
Hukum hanya mengatur standar perilaku minimum.
(2) Kebijakan dan prosedur organisasi,
memberi arahan khusus bagi setiap orang dalam organisasi dalam mengambil
keputusan sehari-hari. Para karyawan akan bekerja sesuai dengan kebijakan dan
prosedur perusahaan/organisasi.
(3) Moral sikap mental individual, sangat
penting untuk menghadapi suatu keputusan yang tidak diatur oleh aturan formal.
Nilai moral dan sikap mental individual biasanya berasal dari keluarga, agama,
dan sekolah. Sebagaiman lain yang menentukan etika perilaku adalah pendidikan,
pelatihan, dan pengalaman. Kebijakan dan aturan perusahaan sangat penting
terutama untuk membantu, mengurangi, dan mempertinggi pemahaman tentang etika
perilaku.
Siapakah pihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika
dalam perusahaan? Pihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika adalah
manajer. Oleh karena itu, ada tiga tipe manajer dilihat dari sudut etikanya,
yaitu:
(1) Manajemen Tidak bermoral. Manajemen
tidak bermoral didorong oleh kepentingan dirinya sendiri, demi keuntungan
sendiri atau perusahaan. Kekuatan yang menggerakkan manajemen immoral adalah
kerakusan/ketamakan, yaitu berupa prestasi organisasi atau keberhasilan
personal. Manajemen tidak bermoral merupakan kutub yang berlawanan dengan
manajemen etika. Misalnya, pengusaha yang menggaji karyawannya dengan gaji di
bawah upah minimum atau perusahaan yang meniru produk-produk perusahaan lain,
atau perusahaan percetakan yang memperbanyak cetakannya melebihi kesepakatan
dengan pemegang hak cipta, dan sebagainya (Thomas W. Zimmerer, Norman M.
Scarborough, Entrepreneurship and The New Ventura Formation, 1996, hal.
21).
(2) Manajemen Amoral. Tujuan utama dari
manajemen amoral adalah laba, akan tetapi tindakannya berbeda dengan manajemen
immoral. Ada satu cara kunci yang membedakannya, yaitu mereka tidak dengan
sengaja melanggar hukum atau norma etika. Yang terjadi pada manajemen amoral
adalah bebas kendali dalam mengambil keputusan, artinya mereka tidak
mempertimbangkan etika dalam mengambil keputusan. Salah satu conoth dari
manajemen amoral adalah penggunaan uji kejujuran detektor bagi calon karyawan.
(3) Manajemen Bermoral. Manajemen bermoral
juga bertujuan untuk meraih keberhasilan, tetapi dengan menggunakan aspek legal
dan prinsip-prinsip etika. Filosofi manajer bermoral selalu melihat hukum
sebagai standar minimum untuk beretika dalam perilaku.
Menurut pendapat Michael Josephson, ada 10 prinsip etika
yang mengarahkan perilaku, yaitu:
(1) Kejujuran,
yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh-sungguh, terus-terang, tidak
curang, tidak mencuri, tidak menggelapkan, tidak berbohong.
(2) Integritas,
yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan yang terhormat, tulus hati, berani
dan penuh pendirian/keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat, dan
dapat dipercaya.
(3) Memeliharan
janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh komitmen, patuh,
tidak menginterpretasikan persetujuan dalam bentuk teknikal atau legalitas
dengan dalih ketidakrelaan.
(4) Kesetiaan,
yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan negara, tidak
menggunakan atau memperlihatkan informasi rahasia, begitu juga dalam suatu
konteks profesional, menjaga/melindungi kemampuan untuk membuat keputusan
profesional yang bebas dan teliti, dan menghindari hal yang tidak pantas serta
konflik kepentingan.
(5) Kewajaran/keadilan,
yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia mengakui kesalahan,
memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan individual dan toleran
terhadap perbedaa, serta tidak bertindak melampaui batas atau mengambil
keuntungan yang tidak pantas dari kesalahan atau kemalangan orang lain.
(6) Suka
membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati, belas kasihan, tolong
menolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang
lain.
(7) Hormat
kepada orang lain, yaitu menghormati martabat orang lain, kebebasan dan hak
menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, tidak merendahkan
dan mempermalukan martabat orang lain.
(8) Warga
negara yang bertanggung jawab, yaitu selalu mentaati hukum/aturan, penuh
kesadaran sosial, dan menghormati proses demokrasi dalam mengambil keputusan.
(9) Mengejar
keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik dalam pertemuan
pesonal maupun pertanggungjawaban profesional, tekun, dapat
dipercaya/diandalkan, rajin penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan
kemampuan terbaik, dan mengembangkan serta mempertahankan tingkat kompetensi
yang tinggi.
(10) Dapat
dipertanggungjawabkan, yaitu memiliki dan menerima tanggung jawab atas
keputusan dan konsekuensinya serta selalu memberi contoh.
Stansar Etika dapat dipertahankan melalui:
(1) Ciptakan kepercayaan perusahaan. Kepercayaan
perusahaan dalam menetapkan nilai-nilai perusahaan yang mendasari tanggung
jawab etika bagi pemilik kepentingan.
(2) Kembangkan kode etik. Kode etik
merupakan suatu catatan tentang standar tingkah laku dan prinsip-prinsip etika
yang diharapkan perusahaan dari karyawan.
(3) Jalankan kode etik secara adil dan konsisten.
Manajer harus mengambil tindakan apabila mereka melanggar etika. Bila karyawan
mengetahui bahwa yang melanggar etika tidak dihukum, maka kode etik menjadi
tidak berarti apa-apa.
(4) Lindungi hak perorangan. Akhir dari
semua keputusan setiap etika sangat bergantung pada individu. Melindungi
seseorang dengan kekuatan prinsip morl dan nilainya merupakan jaminan terbaik
untuk menghindari untuk menghindari penyimpangan etika. Untuk membuat keputusan
etika seseorang harus memiliki: (a) Komitmen etika, yaitu tekad seseorang untuk
bertindak secara etis dan melakukan sesuatu yang benar; (b) Kesadaran etika,
yaitu kemampuan kompetensi, yaitu kemampuan untuk menggunakan suara pikiran
moral dan mengembangkan strategi pemecahan masalah secara praktis.
(5) Adakan pelatihan etika. Workshop merupakan alat untuk
meningkatkan kesadaran para karyawan.
(6) Lakukan audit etika secara periodik. Audit merupakan cara terbaik untuk
mengevaluasi efektivitas sistem etika. Hasil evaluasi tersebut akan memberikan
suatu sinyal kepada karyawan bahwa etika bukan sekadar gurauan.
(7) Pertahankan standar tinggi tentang tingkah
laku, tidak hanya aturan. Tidak ada seorang pun yang dapat mengatur
norma dan etika. Akan tetapi, manajer bisa saja membolehkan orang untuk
mengetahui tingkat penampilan yang mereka harapkan. Standar tingkah laku sangat
penting untuk menekankan betapa pentingnya etika dalam organisasi. Setiap
karyawan harus mengetahui bahwa etika tidak bisa dinegosiasi atau ditawar.
(8) Hindari contoh etika yang tercela setiap saat
dan etika diawali dari atasan. Atasan harus memberi contoh dan menaruh
kepercayaan kepada bawahannya.
(9) Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi
dua arah. Komunikasi dua arah sangat penting, yaitu untuk
menginformasikan barang dan jasa yang kita hasilkan dan menerima aspirasi untuk
perbaikan perusahaan.
(10) Libatkan karyawan dalam mempertahankan
standar etika. Para karyawan diberi kesempatan untuk memberikan umpan
balik tentang bagaimana standar etika dipertahankan.
Selain etika, yang tidak kalah pentingnya adalah
pertanggungjawaban sosial perusahaan. Eika sangat berpengaruh terhadap tingkah
laku individual. Tanggung jawab sosial mencoba menjembatani komitmen individu
dan kelompok dalam suatu lingkungan sosial, seperti pelanggan, perusahaan lain,
karyawan, dan investor. Tanggung jawab sosial menyeimbangkan komitmen-komitmen
yang berbeda. Menurut Zimmerer, ada beberapa macam pertanggungjawaban
perusahaan, yaitu:
(1) Tanggung
jawab terhadap lingkungan. Perusahaan harus ramah lingkungan, artinya
perusahaan harus memerhatikan, melestarikan, dan menjaga lingkungan, misalnya
tidak membuang limbah yang mencemari lingkungan, berusaha mendaur ulang limbah
yang merusak lingkungan, dan menjalin komunikasi dengan kelompok masyarakat
yang ada di lingkungan sekitarnya.
(2) Tanggung
jawab terhadap karyawan. Semua aktivitas manajemen sumber daya manusia seperti
peneriman karyawan baru, pengupahan, pelatihan, promosi, dan kompensasi
merupakan tanggung jawaab perusahaan terhadap karyawan. Tanggung jawab
perusahaan terhadap karyawan dapat dilakukan dengan cara:
(a) Mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan.
(b) Meminta
input kepada karyawan.
(c) Memberikan
umpan balik positif maupun negatif.
(d) Selalu menekankan tentang kepercayaan kepada
karyawan.
(e) Membiarkan
karyawan mengetahui apa yang sebenarnya mereka harapkan.
(f) Memberikan
imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan baik.
(g) Memberi
kepercayaan kepada karyawan.
(3) Tanggung
jawab terhadap pelanggan. Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pelanggan
menurut Ronald J. Ebert (2000:88) ada dua kategori, yaitu (1) Menyediakan barang
dan jasa yang berkualitas; dan (2) Memberikan harga produk dan jasa yang adil
dan wajar. Tanggung jawab sosial perusahaan juga termasuk melindungi hak-hak
pelanggan. Menurutnya, ada empat hak pelanggan, yaitu:
(a) Hak mendapatkan produk yang aman.
(b) Hak
mendapatkan informasi segala aspek produk.
(c) Hak
untuk didengar.
(d) Hak
memilih apa yang akan dibeli.
Sedangkan menurut Zimmerer (1996),
hak-hak pelanggan yang harus dilindungi meliputi:
(a) Hak
keamanan. Barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan harus berkualitas dan
memberikan rasa aman, demikian juga kemasannya.
(b) Hak
mengetahui. Konsumen berhak untuk mengetahui barang dan jasa yang mereka beli,
termasuk perusahaan yang menghasilkan barang tersebut.
(c) Hak untuk
didengar. Komunikasi dua arah harus dibentuk, yaitu untuk menyalurkan keluhan
produk dan jasa dari konsumen dan untuk menyampaikan berbagai informasi barang
dan jasa dari perusahaan.
(d) Hak
atas pendidikan. Pelanggan berhak atas pendidikan, misalnya pendidikan tentang
bagaimana menggunakan dan memelihara produk. Perusahaan harus menyediakan
program pendidikan agar pelanggan memperoleh informasi barang dan jasa yang
akan dibelinya.
(e) Hak
untuk memilih. Hal terpenting dalam persaingan adalah memberikan hak untuk
memilih barang dan jasa yang mereka perlukan. Tanggung jawab sosial perusahaan
adalah tidak mengganggu persaingan dan mengabaikan undang-undang antimonopoli (antitrust).
(4) Tanggung
jawab terhadap investor. Tanggung jawab perusahaan terhadap investor adalah
menyediakan pengembalian investasi yang menarik, seperti memaksimumkan laba.
Selain itu, perusahaan juga bertanggung jawab untuk melaporkan kinerja keuangan
kepada investor seakurat mungkin.
Tanggung
jawab terhadap masyarakat. Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap
masyarakat sekitarnya, misalnya menyediakan pekerjaan dan menciptakan kesehatan
serta kontribusi terhadap masyarakat yang berada di sekitar lokasi perusahaan
tersebut berada
BAB
III
KESIMPULAN
Dalam ilmu ekonomi,
bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen
atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari
bahasa Inggris "business", dari kata dasar busy yang berarti
"sibuk" dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam
artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
Untuk mendapat keuntungan
tersebut setiap pebisnis juga harus mengikuti tata cara etika dan moral yang
baik dalam berbisnis . agar tidak mementingkan keuntungan yang besar tetapi
harus juga melihat kerugian yang akan dialami.
saya memberikan pujian kepada mr pedro cukup atas bantuannya dalam mengamankan pinjaman untuk membeli rumah baru kami untuk keluarga kami. pedro adalah kekayaan informasi dan dia membantu mendidik saya dan keluarga saya mengapa pinjaman rumah adalah pilihan terbaik untuk situasi khusus kami. setelah berunding dengan pedro jerome dan penasihat keuangan kami semua orang setuju bahwa pinjaman rumah adalah solusi yang tepat. Anda dapat menghubungi mr pedro jerome jika Anda juga mencari pinjaman apa pun di email / email whatsapp: pedroloanss@gmail.com whatsapp: +1-8632310632
BalasHapus